Senin, 28 Februari 2011 , 14:23:00
Ketekunan Wahyudin dalam menjalankan usaha mi ayam, akhirnya membuahkan hasil.
Awalnya, dia hanya penjual mi ayam yang berkeliling dari perumahan ke perumahan.
Tapi kini, dia sudah memiliki tempat sendiri di Jalan Semeru, Kota Bogor. Seperti apa perjuangannya?
Laporan: ADITYA MAULANA
PADA 2001, Wahyudin hanya pedagang mi ayam keliling perumahan di sekitar Jalan Semeru dengan modal Rp1 juta.
Usahanya sebagai penjual mi ayam keliling bertahan hingga akhir 2002.
Pada awal 2003, usahanya semakin berkembang dan mulai memiliki warung di pinggir jalan,tepatnya di depan Rumah Sakit Marzuki Mahdi, Kota Bogor.
Warung mi ayam itu masih berbentuk gerobak.
Namun, baru beberapa tahun berjualan di depan RS Marzuki Mahdi,
dia pun terkena penggusuran pedagang kaki lima (PKL) oleh petugas Satpol PP,
tepatnya pada 2005. Akibat penggusuran itu, usahanya sempat terhenti beberapa hari.
“Penggusuran itu terjadi karena pengurus RS merasa terganggu dengan adanya PKL.
Dan menimbulkan kesan kumuh,” kata Wahyudin menceritakan pengalamannya.
Setelah pembersihan itu, dia membuka warung mi ayam di kantin RS Marzuki Mahdi dan berjalan hingga akhir 2006.
Dan di awal 2007, ia mengembangkan usahanya dengan mengontrak rumah
di pinggir jalan tak jauh dari RS Marzuki Mahdi dan memiliki lima karyawan.
Setelah berjalan beberapa tahun, bisnis kulinernya kian berkembang dan sudah mempunyai pelanggan tetap.
“Walau usaha ini sudah berkembang, saya tetap membantu mengelola warung bersama karyawan,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Warung mi ayam miliknya di Jalan Semeru,
buka setiap hari mulai pukul 08:00 hingga 18:00.
Setiap hari, warung miliknya selalu ramai pembeli.
“Kalau hari biasa bisa menghabiskan 300 porsi,
sedangkan akhir pekan lebih dari 500 porsi per hari,” terangnya.
Menu yang tersedia mulai dari mi ayam kwetiau, hingga minuman ringan.
“Kami selalu mempertahankan kualitas menu agar pelanggan tak kecewa,” pungkasnya.(*)
http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=69938
Ketekunan Wahyudin dalam menjalankan usaha mi ayam, akhirnya membuahkan hasil.
Awalnya, dia hanya penjual mi ayam yang berkeliling dari perumahan ke perumahan.
Tapi kini, dia sudah memiliki tempat sendiri di Jalan Semeru, Kota Bogor. Seperti apa perjuangannya?
Laporan: ADITYA MAULANA
PADA 2001, Wahyudin hanya pedagang mi ayam keliling perumahan di sekitar Jalan Semeru dengan modal Rp1 juta.
Usahanya sebagai penjual mi ayam keliling bertahan hingga akhir 2002.
Pada awal 2003, usahanya semakin berkembang dan mulai memiliki warung di pinggir jalan,tepatnya di depan Rumah Sakit Marzuki Mahdi, Kota Bogor.
Warung mi ayam itu masih berbentuk gerobak.
Namun, baru beberapa tahun berjualan di depan RS Marzuki Mahdi,
dia pun terkena penggusuran pedagang kaki lima (PKL) oleh petugas Satpol PP,
tepatnya pada 2005. Akibat penggusuran itu, usahanya sempat terhenti beberapa hari.
“Penggusuran itu terjadi karena pengurus RS merasa terganggu dengan adanya PKL.
Dan menimbulkan kesan kumuh,” kata Wahyudin menceritakan pengalamannya.
Setelah pembersihan itu, dia membuka warung mi ayam di kantin RS Marzuki Mahdi dan berjalan hingga akhir 2006.
Dan di awal 2007, ia mengembangkan usahanya dengan mengontrak rumah
di pinggir jalan tak jauh dari RS Marzuki Mahdi dan memiliki lima karyawan.
Setelah berjalan beberapa tahun, bisnis kulinernya kian berkembang dan sudah mempunyai pelanggan tetap.
“Walau usaha ini sudah berkembang, saya tetap membantu mengelola warung bersama karyawan,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Warung mi ayam miliknya di Jalan Semeru,
buka setiap hari mulai pukul 08:00 hingga 18:00.
Setiap hari, warung miliknya selalu ramai pembeli.
“Kalau hari biasa bisa menghabiskan 300 porsi,
sedangkan akhir pekan lebih dari 500 porsi per hari,” terangnya.
Menu yang tersedia mulai dari mi ayam kwetiau, hingga minuman ringan.
“Kami selalu mempertahankan kualitas menu agar pelanggan tak kecewa,” pungkasnya.(*)
http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=69938
0 komentar:
Posting Komentar